Pembersihan abu vulkanik Gunung Merapi di Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, hingga kini belum tuntas dan butuh waktu dua tahun. Pembersihan awal sebatas bagian luar dan belum menyentuh bagian dalam susunan batu candi.
Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur (BKPB) Marsis Sutopo, Jumat (25/3/2011) di Magelang, mengatakan, abu vulkanik masih ada di celah-celah dinding drainase atau saluran air dan stupa candi. Kalau dibiarkan, abu vulkanik yang mengandung sulfur berpotensi membuat batu candi melapuk.
Untuk itu, pada 2011, BKPB mengagendakan pembersihan abu vulkanik di celah-celah dinding, drainase, dan stupa dengan dana Rp 268,9 juta. Pada tahun yang sama, BKPB mengadakan penelitian dampak abu vulkanik terhadap batu candi bekerja sama dengan ahli konservasi dari Amerika Serikat dan UNESCO.
Menurut Marsis, pembersihan abu vulkanik Gunung Merapi berbarengan dengan 100 tahun pemugaran Candi Borobudur. Waktu itu, ahli konservasi Belanda Theodor van Erp merampungkan pemugaran Candi Borobudur pada 1907-1911. ”BKPB ingin memaknai 100 tahun pemugaran Candi Borobudur dengan menghasilkan pengetahuan baru ilmu konservasi, yaitu dampak abu vulkanik pada batu candi dan langkah-langkah atau cara penanganannya,” kata Marsis.
Untuk itu, BKPB menyediakan dua lokasi percontohan susunan batu candi yang tetap dibiarkan terselimuti abu vulkanik Gunung Merapi.
Secara terpisah, ahli konservasi BKPB, Werdi, mengatakan, pembersihan abu vulkanik tersulit pada drainase. Drainase terletak di bawah lantai batu candi yang terdiri dari batu-batu candi yang ditata agak renggang, berjarak 4-6 sentimeter.
Abu vulkanik mengendap di drainase itu sehingga setiap celah saluran air harus dibersihkan dengan membongkar lantai candi. ”Dalam pembersihan itu, kami menemukan lantai candi yang sudah goyang sehingga harus diperkuat dengan timah hitam,” kata Werdi. (HEN)
Sumber : kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar